4. Unsur-Unsur Komunikasi
A Sumber
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan digunkan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dokumen dan sejenisnya.
B Komunikator
Dalam komunikasi srtiap orang atau kelompok dapat menyampaikan pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu proses komunikasi itu sebagai suatu proses dimana komunikator dapat menjadi komunikan, sebaliknya komunikan sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator.
1. Penampilan
Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media pandang audio visual, sesorang komunikator harus menysesuaikan diri dengan lingkungan dan komunikan. Penampilan ini sesuai dengan tata krama dengan memperhatikan keadaan, waktu dan tempat.
2. Penguasaan masalah
Seseorang yang tampil atau ditampilakan sebagai komunikator haruslah betul-betul menguasai masalah. Apabila tidak, maka setelah proses komunikasi berlangsung akan menimbulkan ketidak-percayaan terhadap komunikator dan akhirnya terhadap pesan itu sendiri yang akan menghambat terhadap efektivitas komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi timbal balik tujuan komunikasi.
3. Penguasaan bahasa
Komunikator harus menguasai bahasa denga baik. Bahasa ini adalah bahasa yang digunakan dan dapat dipahami oleh komunikan, komunikator mutlak menguasai istilah umum yang digunakan olrh lingkungan tertentu atau khusus. Penguasaan bahasa akan sangat membantu menjelaskan pesan-pesan apa yang ingin kita sampaikan kepada audience itu. Tanpa penguasaan bahasa secara baik dapat dapat menimbulkan ketidak percayaan terhadap komunikator pergunakanlah bahasa baik dan benar.
Keefektivan komunikasi tidak saja ditentukan kemampauan berkomunikasi tetapi juga oleh diri sendiri komunikator. Fungsi komunikator adalah pengutaraan pikiran dan perasaannya dalam bentuk pesan untuk membuat komunikan menjadi tahu atau berubah sikap, pendapatan pendapatan atau perilakunya. Komunikan yang dijadikan sasaran akan mengkaji siapa komunikator yang menyampaikan informasi itu. Jika ternyat informasi yang diutarakan itu tidak sesuai dengan diri komunikator, betapa pun tingginya teknik komunikasi yang dilakukan hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diharapakan.
1. Etos Komunikator
Keefektivan komunikasi ditentukan oleh etos komunikator. Etos adalah nilai diri seseorang yang merupakan paduan dari kognisi, afeksi, dan konasi.
Kognisi adalah proses memahami yang bersangkutan dengan pikiran, afeksi adalah perasaan yang ditimbulkan oleh perangsang dari luar, dan konasi adalah aspek psikologis yang berkaitan dengan upaya atau perjuangan.
Ciri efektif tidaknya komunikasi ditunjukan oleh dampak kognitif. Dampak afektif dan dampak behavioral yang timbul pada komunikan.
Jelas kiranya bahwa suatu informasi atau pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan atau komunikatif apabila terjadi proses psikologis yang sama antara insan-insan yang terlibat dalam proses tersebut. Dengan lain perkataan, informasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan itu sama. Situasi komunikatif seperti itu akan terjadi bila terjadi etos pada diri komunikator.
Etos tidak timbul pada seseorang dengan begitu saja, tetapi ada faktor-faktor tertentu yang mendukungnya. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kesiapan
Seorang komunikator yang tampil dimimbar harus menunjukan kepada khalayak, bahwa ia muncul di depan dorum dengan persiapan yang matang. Kesiapan ini akan tampak pada gaya komunikasinya yakin meyakinkan. Tampak oleh komunikan penguasaan komunikator mengenai materi yang dibahas. Pidato dengan persiapan yang matang kecil kemungkinan akan gagal.
b. Kesungguhan
Seorang komunikator yang berbicara dan membahas suatu topik dengan menunjukan kesungguhan akan menimbulkan kepercayaan pihak komunikan kepadanya.
c. Ketulusan
Seorang komunikator harus membawakan kesan kepada khalayak, bahwa ia berhati tulus dalam niat dan perbuatannya. Ia harus hati-hati untuk menghindarkan kata-kata yang mengarah kepada kecurigaan terhadap ketidak tulusan komunikator. Cara yang terbaik bagi seorang komunikator ialah menumbuhkan faktor pendukung etos tersebut dengan kemampuan mempriyeksikan kualitas ini kepada khalayak.
d. Kepercayaan
Seorang komunikator harus senatiasa memancarkan kepastian ini harus selalu muncul dengan penguasaan diri dan situasi secara sempurna. Ia harus selamanya siap menghadapi segala situasi.
e. Ketenangan
Khalayak cenderung akan menaruh kepercayaan kepada komunikator yang tenang dalam penampilan dan tenang dalam megutarakan kata-kata. Ketenangan itu perlu dipeliharaa dan selalu ditunjukan pada setiap peristiwa komunikasi menghadapi khalyak. Ketenangn yang ditujukan seorang komunikator akan menimbulkan kesan pada komunikan bahwa komunikator merupakan orang yang sudah berpengalaman dalam menghadapi khalayak dan menguasai persoalan akan dibicarakan. Lebih-lebih apabila ketenangan itu diperlihatkan di saat komunikator menghadapi pernyataan yang sulit atau mendapat serangan yang gencar dari komunikan , seolah-seolah pernyataan atau serangan itu sudah biasa baginya. Dan memang, jika komunikator bersikap tenang ia aka dapat melakukan ideasi, yaitu pengorganisasian pikiran perasaan dan hasil penginderaannya secara terpadu sehingga yang lontar adalah jawaban yang argumentatif.
f. Keramahan
Keramahan komunikator akan ras simpatik komunikan kepadanya. Keramahan tidak berarti kelemahan, tetapi pengekspresian sikap etis. Lebih-lebih jika komunikator muncul dalam forum negandung perdebatan. Ada kalanya dalam suatu forum timbul tanggapan salah seorang diantara yang hadir berupa kriktik pedas. Dalam situasi seperti ini, sikap hormat komunikatordalam memberikan jawaban akan meluluhkan sikap emosional si pengeritik dan akan menimbulkan rasa simpati kepada komunikator. Jadi keramahan tidak saja ditunjukkan dengan ekspresi wajah, tetapi juga dengan gaya dan cara mengutarakan padauan pikiran dan perasaannya.
g. Kesederhaan
Kesederhaan tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat fisik, tetapi juga dalam penggunaan bahasa sebagai mengkomunikasikannya. Kesederhaan seringkali menunjukkan keaslian dan kemurnian sikap. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai komunikator yang meniru gaya oranglain. Peniruan seperti itu justru akan mengurang penilaian positif dari pihak komunikan.
2 Sikap Komunikator
Sikap (attitude) adalah suatu kesiapan kegiatan, suatu kecenderungan pada diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan menuju atau menjauhi nilai-nilai sosial. Dalam hubungan dengan kegiatan komunikasi yang melibatkan manusia-manusia sebagai sasarannya, pada diri komunikator terdapat lima jenis sikap, yaitu :
a. Reseotif (receptive)
Sikap reseptif berarti kesedian untuk meneriam gagasan dari orang lain, dari staf pimpinan, karyawan, teamn, dan lain-lain. Bagi komunikator tidak akn ada ruginya untuk menerima gagasan dari orang lain, sebab tidak jarang sebuah gagasan yang semula dinilai buruk dapat dikembangkan sehingga menjadi suatu gagasan yang bermaafaat.
b. Selektif (selective)
Seperti halnya dengan faktor reseptif, faktor selektif pun penting bagi komunikator dalam peeranannya selaku komunikan, sebagai persiapan untuk menjadi komunikator yang baik. Jadi untuk menjadi komunikator yang baik ia harus menjadi komunikan yang terampil. Tetapi dalam menerima pesan dari orang lain dalam bentuk gagasan atau informasi, ia harus selektif dalam rangka pembinaan profesinya untuk diabdikan kepada masyaralat.
c. Dijestif (digestive)
Yang dimaksudkan degan dijestif disini adalah kemapauan komunikator dalam merencanakan gagasan atau informasi dari orang lain sebagai bahan bagi pesan yang akan ia komunikasikan. Ia mampu melihat intinya yang hakiki seraya dapat melakukan prediksi akibat dei pengaruh gagasan atau informasi tadi.
d. Asimilatif (asimilative)
Asmilatif berarti kemampauan komunikator dalm mengorelasikan gagasan atau informasi yang ia terima dari orang alin secara sistematis dengan apa yang telah dimiliki dalm benaknya yang merupakan hasil pendidikan dan pengalamanya. Formulasi dari perpaduan kedua aspek tersebut dikembangkan sehingga mejadi konsep, suatu bahan untuk dikomunikasikan.
e. Transmisif (transmissive)
Transmisif mengandung makna kemampuan komunikator dalam mentransmisikan konsep yang telah ia formulasikan secara kognitif, afektif, dan konatif kepada orang lain. Dengan perkataan, ia mampu memilih kata-kata yang fungsional, mampu menuyusun kalimat secara logis, mampu memilih waktu yang tepat, sehingga komunikasi yang ia lancarkan menimbulkan dampak yang ia harapakan.
Demikian lima faktor yang merupakan unsur penting bagi sikap seorang dalam rangka pembinaan dirinya sebagai komunikator. Dari papran tersebut, jelas bahwa untuk menjadi komunikator yang baik harus menjadi komunikasi yang baik.
C Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan yang sebenarnya menjadi pengarah didalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi itu.
1. Penyampaian pesan
Melalui lisan, face to face, langsung menggunakan media, saluran dan sebagainya.
2. Bentuk pesan : informatif, persuatif, koersif
1. Umum
Berisikan hal-hal yang dipahami oleh audience atau komunikasi bukan soal-soal yang Cuma berarti atau dipahami oleh seseorang atau kelompok tertentu.
2. Jelas dan gamblang
Pesan haruslah jelas dan gamblang, tidak samar-samar. Jika mengambil perumpaman hendaklah perumpamaan yang senyata mungkin. Untuk tidak ditafsirkan menyimpang dari yang kita maksudkan, maka pesan tersebut benar-benar jelas.
3. Bahasa yang jelas
Sejauh mungkin hindarilah menggunakan istilah-istilah yng tidak dipahami oleh aundience atau khalayak. Penggunaan bahasa yang jelas yang cocok dengan komunikan situasi daerah dan kondisi dimana berkomunikasi. Hati-hati pula dengan penggunaan istilah atau kata-kata yang berasal dari daerah berbeda yang dapat ditafsirkan lain. Istilah satu daerah berbeda dengan istilah daerah lainnya. Begitu pula agar sejauh mungkin dihindarkan istilah asing. Berbahasalah yang baik dan benar.
4. Positif
Secara kodrati manusia selau tidak ingin mendengar dan melihat hal-hal yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh karena itu setiap pesan agar diusahakan atau diuratkan dalam bentuk positif. Kemukanlah untuk lebih mendapatkan simpati dan menarik.
5. Seimbang
Pesan yang disampaikan hendaklah tidak ekstrim dan selalu menentang baik dan buruk karena hal ini cenderung ditolak atau tidak diterima oleh komunikan. Sebab itu jika kita berbicara seolah-olah kelompok satu paling benar, paling sempurna dan paling bersih sedangkan kelompok lain sebaliknya, pesan ini berkencenderungan untuk seimbang untuk tidak diterima oleh komunikan. Sebaliknya pesan ini dirumuskan seimbang, yaitu dengan tidak ngesampingkan kelemahan yang ada, disamping menonjolkan keberhasilkan yang telah dicapai.
6. Penyesuaian dengan keinginan komunikasi
Orang-orang yang menjadi sasaran atau komunikasi dari komunikasi yang kita lancarkan selalu mempunyai keinginan atau kepentingan tertentu. Dalam hal ini komunikator dapat menyesuaikan dengan keadaan waktu dan tempat.
Hambatan terhadap pesan acapkali kita alami dalam komunikasi, lain yang dituju tapi lain diperoleh. Dengan perkataan lain apa yang diharapakan tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini disebabkan adanya hambatan-hambatan terutama adalah :
1. Hambatan bahasa (language factor)
Pesan akan disalah artikan sehingga tidak mencapai apa yang diinginkan apabila bahasa yang digunakan tidak dipahami oleh komunikan. Termasuk dalam pengertian ini penggunaan istilah-istilah yang mungkin dapat diartikan berbeda atau tidak mengerti sama sekali. Demikian juga jika kita menggunakan istilah-istilah yang ilmiah tapi belum merata atau baku, seperti : dampak , kendala, canggih, rekayasa dan sebagainya, namun dalam komunikasi hal-hal seperti ini sering dilontarkan dengan tujuan lain atau sekedar penonjolan diri dan pengalihan perhatian.
2. Hambatan teknis (noise factor)
Pesan dapat tidak utuh diterima komunikan karena gangguan teknis. Misalnya suara tidak sampai karena pengeras suara rusak, bunyi-bunyian, halilintar, lingkungan yang gaduh dan lain-lain. Gangguan teknis ini lebih sering dijumpai pada komunikasi yang menggunakan medium misalnya dalam rapat umum, dan sebagainya.
D. Channel/Saluran
Chanel adalah saluran penyampaian pesan, biasa juga disebut dengan media. Media komunikasi dapat dikategorikan dalam dua bagian, yaitu media umum dan media massa. Media umum adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, contohnya radio dan sabagianya. Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi massa. Disebut demikian karena sifatnya yang massal, misalnya televisi dan sebagainya.
E. Komunikasi
Komunikasi dapat kita golongkan dalam tiga jenis, yaitu personal, kelompok, dan massa. Dari segi sasarannya maka komunikasi ditujukan atau diarahkan kedalam komunikasi personal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa.
3. Komunikasi massa
Komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media massa. Massa adalah kumpulan orang-orang yang hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu. Komunikasi massa sangat efisien karena dapat menjangkau daerah yang luas dan audience yang praktis tak terbatas, namun komunikasi massa tidak kemudian dapat langsung diterima oleh massa opinion leader ialah yang kemudian menterjemahkan apa yang disampaikan dalam komunikasi massa itu kepada komunikan.
Pada dasarnya komunikasi dicirikan oleh sejumlah atribut tertentu. Pemahaman atas atribut-atribut itu besar artiya bagi peningkatan pengertian kita mengenai komunikasi dan prosesnya. Atribut-atributdan efektivitas komunikasi itu antara lain :
1. Terjadinya komunikasi tidak dapat dihindari
Hampir tidak ada atau hanya sedikit saja orang yang menghindarkan diri dari aktivitas bermasyarakat. Orang selalu berusaha mencari interaksi sosial. Apabila saat interaksi terjadi, komunikasi tidak dapat dihindari akan menimbulkan kontak sosial, jika terjadi kontak sosial tidak ada akan hubugannya dengan perilaku. Semua perilaku memiliki potensi sebagai pesan, yaitu bahwa perilaku memiliki potensi yang dapat melekatkan arti kepada persepsi orang lain. Jika perilaku dapat berkomunikasi dan oarang tidak dapat menghindar untuk tidak berperilaku maka orangpun mungkin tidak berkomunikasi. Sudah barang tentu tidak semua perilaku benar-benar melakukan dengan sengaja. Hal ini dapat terjadi jika pengirim atau sumber tidak semua perilaku benar-benar komunikatif, dimana orang-orang harus benar-benar melakukan dengan sengaja. Hal ini dapat terjadi jika pengirim atau sumber tidak dapat mengontrol perilaku dengan man penerima akan mengkaitkan arti tertentu. Begitu pula halnya ada bentuk komunikasi yang tidak konstruktif. Berhubungan setiap perilaku memiliki sesuatu, ,maka penetuan apakah perilaku atau komunikatif atau tidak semata-mata tergantung kepada penerimanya.
2. Komunikasi merupakan konsep transaksional
Konsep komunikasi sebagai proses merujuk pada interaksi tak terputus dari sejumlah variabel yang tidak terhitung banyaknya dengan perubahan terus-menerus dalam nilai-nilai yang diambil dari variabel-variabel itu.
Jika seseorang berusaha menguji salah satu unsur komunikasi (pesan) maka pengisolasian itu akan merusak hakikat keberlangsungan proses dan batas-batas informasi yang tersedia mengenai unsur itu (pesan) karena keluar dari hakekatnya (mengubah lingkungan). Komunikasi didirikan oleh interaksi oleh interaksi aktif terus-menerus.
3. Komunikasi tekah terjadi apabila penerima pesan atau informasi telah terpengaruh
Komunikasi telah terjadi apabila penerima pesan atau informasi terpengaruh olehnya, si penerima mengaitkan arti tertentu kepada perilaku. Komunikasi telah terjadi apakah seseorang bermaksud berkomunikasi atau tidak, jika penerima pesan mengaitka arti perilaku ke dalam persepsinya. Penerima tidak hanya bereaksi terhadap perilaku dalam wilayah persepsinya, ia juga menggerakkan pribadinya secara meyeluruh dalam interpretasi. Dalam melakukan itu arti tersenut mengaitkan pada sebuah persepsi.
4. Komunikasi tidak dapat berdiri sendiri di luar konteks
Komunikasi tidak dapat berdiri diluar konteks. Apabaila dikaitkan dengan persuasi, kita dapt menyatakan bahwa faktor-faktor konteks dan bukan pesan seringkali menjadi determinan bagi adanya tanggapan. Persoalan apa yang terjadi jika konteks mempengaruhi komunikasi. Konteks tidak hanya mengubah proses komunikasi tetapi juga seringkali dapt bercerita banyak mengenai perilaku yang diamati.
F. Efek
Efek adalah hasil akhir suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan kita inginkan. Apabila sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai maka itu berarti komumikasi berhasil, demikian pula sbalikanya. Efek ini sesungguhnyadapat dilihat dari personal opinion, publik opinion, dan majority opinion.
1. Personal opinion
Personal adalah sikap dan pendapat seseoramg terhadap sesuatu maslah tertentu.
2. Public opinion
Public opinion adalah penilaian sosial mengenai sesuatu hal yang pentingdan berarti atas dasarperukaran pikiran yang dilakukan individu secara sadar dan rasional.
3. Majority opinion
Pendapat sebagian tersebar dari public atau masyarakat. Jika kita berbicara tentang opinion atau pendapat maka kita sering mendengarkan opinion leader. Opinion leader ialah orang yang secara informaol membimbing dan mengrahkan suatu opini tertentu kepada masyarakat. Opimi leader adalah merupakan tempat bertaya.
G. Faktor-Faktor Yang Diperhatikan Dalam Proses
1. Empat tahap proses komunikasi
Menurut Culip dan Center komunikasi yang efektif harus dilaksanakan dengan melalui empat tahapa, yaitu : Pengumpulan Fakta (fact finding), Perencanaan, Komunikasi, dan Evaluasi
a. Pengumpulan Fakta
Mengumpulkan data dan fakta sebelum seseorang melakukan kegiatan komunikasi.
b. Perencanaan
Berdasarkan fakta dan data itu dibuatkan rencana tentang apa yang akan dikemukan dan bangaimana ngemukakannya.
c. Komunikasi
Setelah planning disusun maka tahap selanjutnya adalah communication atau berkomunikasi.
d. Evaluasi
Penilaian dan analisi diperlukan untuk setiap kali bangaimana hasil komunikasi tersebut. Ini kemudian menjadi bahan bagi perencaan selanjutnya untuk melakukan komunikasi berikutnya.
2. Produser
Wilbur Schraam mengatakan : untuk mendapatkan effect baik dari komunikasi maka produser yang ditempuh adalah apa yang ditempuh adalah apa yang disebut sebagai “A-A Procedure” yaitu proses dari Attention (perhatian) ke Action (tindakan).
Lebih jelasnya proses dapat dilihat sebagai berikut :
A Sumber
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan digunkan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dokumen dan sejenisnya.
B Komunikator
Dalam komunikasi srtiap orang atau kelompok dapat menyampaikan pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu proses komunikasi itu sebagai suatu proses dimana komunikator dapat menjadi komunikan, sebaliknya komunikan sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator.
1. Penampilan
Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media pandang audio visual, sesorang komunikator harus menysesuaikan diri dengan lingkungan dan komunikan. Penampilan ini sesuai dengan tata krama dengan memperhatikan keadaan, waktu dan tempat.
2. Penguasaan masalah
Seseorang yang tampil atau ditampilakan sebagai komunikator haruslah betul-betul menguasai masalah. Apabila tidak, maka setelah proses komunikasi berlangsung akan menimbulkan ketidak-percayaan terhadap komunikator dan akhirnya terhadap pesan itu sendiri yang akan menghambat terhadap efektivitas komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi timbal balik tujuan komunikasi.
3. Penguasaan bahasa
Komunikator harus menguasai bahasa denga baik. Bahasa ini adalah bahasa yang digunakan dan dapat dipahami oleh komunikan, komunikator mutlak menguasai istilah umum yang digunakan olrh lingkungan tertentu atau khusus. Penguasaan bahasa akan sangat membantu menjelaskan pesan-pesan apa yang ingin kita sampaikan kepada audience itu. Tanpa penguasaan bahasa secara baik dapat dapat menimbulkan ketidak percayaan terhadap komunikator pergunakanlah bahasa baik dan benar.
Keefektivan komunikasi tidak saja ditentukan kemampauan berkomunikasi tetapi juga oleh diri sendiri komunikator. Fungsi komunikator adalah pengutaraan pikiran dan perasaannya dalam bentuk pesan untuk membuat komunikan menjadi tahu atau berubah sikap, pendapatan pendapatan atau perilakunya. Komunikan yang dijadikan sasaran akan mengkaji siapa komunikator yang menyampaikan informasi itu. Jika ternyat informasi yang diutarakan itu tidak sesuai dengan diri komunikator, betapa pun tingginya teknik komunikasi yang dilakukan hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diharapakan.
1. Etos Komunikator
Keefektivan komunikasi ditentukan oleh etos komunikator. Etos adalah nilai diri seseorang yang merupakan paduan dari kognisi, afeksi, dan konasi.
Kognisi adalah proses memahami yang bersangkutan dengan pikiran, afeksi adalah perasaan yang ditimbulkan oleh perangsang dari luar, dan konasi adalah aspek psikologis yang berkaitan dengan upaya atau perjuangan.
Ciri efektif tidaknya komunikasi ditunjukan oleh dampak kognitif. Dampak afektif dan dampak behavioral yang timbul pada komunikan.
Jelas kiranya bahwa suatu informasi atau pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan atau komunikatif apabila terjadi proses psikologis yang sama antara insan-insan yang terlibat dalam proses tersebut. Dengan lain perkataan, informasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan itu sama. Situasi komunikatif seperti itu akan terjadi bila terjadi etos pada diri komunikator.
Etos tidak timbul pada seseorang dengan begitu saja, tetapi ada faktor-faktor tertentu yang mendukungnya. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kesiapan
Seorang komunikator yang tampil dimimbar harus menunjukan kepada khalayak, bahwa ia muncul di depan dorum dengan persiapan yang matang. Kesiapan ini akan tampak pada gaya komunikasinya yakin meyakinkan. Tampak oleh komunikan penguasaan komunikator mengenai materi yang dibahas. Pidato dengan persiapan yang matang kecil kemungkinan akan gagal.
b. Kesungguhan
Seorang komunikator yang berbicara dan membahas suatu topik dengan menunjukan kesungguhan akan menimbulkan kepercayaan pihak komunikan kepadanya.
c. Ketulusan
Seorang komunikator harus membawakan kesan kepada khalayak, bahwa ia berhati tulus dalam niat dan perbuatannya. Ia harus hati-hati untuk menghindarkan kata-kata yang mengarah kepada kecurigaan terhadap ketidak tulusan komunikator. Cara yang terbaik bagi seorang komunikator ialah menumbuhkan faktor pendukung etos tersebut dengan kemampuan mempriyeksikan kualitas ini kepada khalayak.
d. Kepercayaan
Seorang komunikator harus senatiasa memancarkan kepastian ini harus selalu muncul dengan penguasaan diri dan situasi secara sempurna. Ia harus selamanya siap menghadapi segala situasi.
e. Ketenangan
Khalayak cenderung akan menaruh kepercayaan kepada komunikator yang tenang dalam penampilan dan tenang dalam megutarakan kata-kata. Ketenangan itu perlu dipeliharaa dan selalu ditunjukan pada setiap peristiwa komunikasi menghadapi khalyak. Ketenangn yang ditujukan seorang komunikator akan menimbulkan kesan pada komunikan bahwa komunikator merupakan orang yang sudah berpengalaman dalam menghadapi khalayak dan menguasai persoalan akan dibicarakan. Lebih-lebih apabila ketenangan itu diperlihatkan di saat komunikator menghadapi pernyataan yang sulit atau mendapat serangan yang gencar dari komunikan , seolah-seolah pernyataan atau serangan itu sudah biasa baginya. Dan memang, jika komunikator bersikap tenang ia aka dapat melakukan ideasi, yaitu pengorganisasian pikiran perasaan dan hasil penginderaannya secara terpadu sehingga yang lontar adalah jawaban yang argumentatif.
f. Keramahan
Keramahan komunikator akan ras simpatik komunikan kepadanya. Keramahan tidak berarti kelemahan, tetapi pengekspresian sikap etis. Lebih-lebih jika komunikator muncul dalam forum negandung perdebatan. Ada kalanya dalam suatu forum timbul tanggapan salah seorang diantara yang hadir berupa kriktik pedas. Dalam situasi seperti ini, sikap hormat komunikatordalam memberikan jawaban akan meluluhkan sikap emosional si pengeritik dan akan menimbulkan rasa simpati kepada komunikator. Jadi keramahan tidak saja ditunjukkan dengan ekspresi wajah, tetapi juga dengan gaya dan cara mengutarakan padauan pikiran dan perasaannya.
g. Kesederhaan
Kesederhaan tidak hanya menyangkut hal-hal yang bersifat fisik, tetapi juga dalam penggunaan bahasa sebagai mengkomunikasikannya. Kesederhaan seringkali menunjukkan keaslian dan kemurnian sikap. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai komunikator yang meniru gaya oranglain. Peniruan seperti itu justru akan mengurang penilaian positif dari pihak komunikan.
2 Sikap Komunikator
Sikap (attitude) adalah suatu kesiapan kegiatan, suatu kecenderungan pada diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan menuju atau menjauhi nilai-nilai sosial. Dalam hubungan dengan kegiatan komunikasi yang melibatkan manusia-manusia sebagai sasarannya, pada diri komunikator terdapat lima jenis sikap, yaitu :
a. Reseotif (receptive)
Sikap reseptif berarti kesedian untuk meneriam gagasan dari orang lain, dari staf pimpinan, karyawan, teamn, dan lain-lain. Bagi komunikator tidak akn ada ruginya untuk menerima gagasan dari orang lain, sebab tidak jarang sebuah gagasan yang semula dinilai buruk dapat dikembangkan sehingga menjadi suatu gagasan yang bermaafaat.
b. Selektif (selective)
Seperti halnya dengan faktor reseptif, faktor selektif pun penting bagi komunikator dalam peeranannya selaku komunikan, sebagai persiapan untuk menjadi komunikator yang baik. Jadi untuk menjadi komunikator yang baik ia harus menjadi komunikan yang terampil. Tetapi dalam menerima pesan dari orang lain dalam bentuk gagasan atau informasi, ia harus selektif dalam rangka pembinaan profesinya untuk diabdikan kepada masyaralat.
c. Dijestif (digestive)
Yang dimaksudkan degan dijestif disini adalah kemapauan komunikator dalam merencanakan gagasan atau informasi dari orang lain sebagai bahan bagi pesan yang akan ia komunikasikan. Ia mampu melihat intinya yang hakiki seraya dapat melakukan prediksi akibat dei pengaruh gagasan atau informasi tadi.
d. Asimilatif (asimilative)
Asmilatif berarti kemampauan komunikator dalm mengorelasikan gagasan atau informasi yang ia terima dari orang alin secara sistematis dengan apa yang telah dimiliki dalm benaknya yang merupakan hasil pendidikan dan pengalamanya. Formulasi dari perpaduan kedua aspek tersebut dikembangkan sehingga mejadi konsep, suatu bahan untuk dikomunikasikan.
e. Transmisif (transmissive)
Transmisif mengandung makna kemampuan komunikator dalam mentransmisikan konsep yang telah ia formulasikan secara kognitif, afektif, dan konatif kepada orang lain. Dengan perkataan, ia mampu memilih kata-kata yang fungsional, mampu menuyusun kalimat secara logis, mampu memilih waktu yang tepat, sehingga komunikasi yang ia lancarkan menimbulkan dampak yang ia harapakan.
Demikian lima faktor yang merupakan unsur penting bagi sikap seorang dalam rangka pembinaan dirinya sebagai komunikator. Dari papran tersebut, jelas bahwa untuk menjadi komunikator yang baik harus menjadi komunikasi yang baik.
C Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan yang sebenarnya menjadi pengarah didalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi itu.
1. Penyampaian pesan
Melalui lisan, face to face, langsung menggunakan media, saluran dan sebagainya.
2. Bentuk pesan : informatif, persuatif, koersif
·
Informatif
Bersifat memberikan keterangan-keterangan/ fakta-fakta, lemudian
komunikan mengambil keputusan. Dalam situasi tertentu pesan informatif justru
lebih berhasil daripada persuatif, misalnya jika audience adalah kalangan
cendekiawan.
·
Persuatif
Berisikan bujukan, yaitu membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia
bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi
berubahnya adalah atas kehendak sendiri (bukan dipaksakan). Perubahan
tersebutditerima atas kesadaran sendiri.
·
Koersif
Penyampaian penyampaian pesan yang bersifat memaksa dan dengan
menggunakan sanksi-sanksi apabila tidak dilaksanakan.
Pesan yang disampaikan harus tepat, pesan yang mengena harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1. Umum
Berisikan hal-hal yang dipahami oleh audience atau komunikasi bukan soal-soal yang Cuma berarti atau dipahami oleh seseorang atau kelompok tertentu.
2. Jelas dan gamblang
Pesan haruslah jelas dan gamblang, tidak samar-samar. Jika mengambil perumpaman hendaklah perumpamaan yang senyata mungkin. Untuk tidak ditafsirkan menyimpang dari yang kita maksudkan, maka pesan tersebut benar-benar jelas.
3. Bahasa yang jelas
Sejauh mungkin hindarilah menggunakan istilah-istilah yng tidak dipahami oleh aundience atau khalayak. Penggunaan bahasa yang jelas yang cocok dengan komunikan situasi daerah dan kondisi dimana berkomunikasi. Hati-hati pula dengan penggunaan istilah atau kata-kata yang berasal dari daerah berbeda yang dapat ditafsirkan lain. Istilah satu daerah berbeda dengan istilah daerah lainnya. Begitu pula agar sejauh mungkin dihindarkan istilah asing. Berbahasalah yang baik dan benar.
4. Positif
Secara kodrati manusia selau tidak ingin mendengar dan melihat hal-hal yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh karena itu setiap pesan agar diusahakan atau diuratkan dalam bentuk positif. Kemukanlah untuk lebih mendapatkan simpati dan menarik.
5. Seimbang
Pesan yang disampaikan hendaklah tidak ekstrim dan selalu menentang baik dan buruk karena hal ini cenderung ditolak atau tidak diterima oleh komunikan. Sebab itu jika kita berbicara seolah-olah kelompok satu paling benar, paling sempurna dan paling bersih sedangkan kelompok lain sebaliknya, pesan ini berkencenderungan untuk seimbang untuk tidak diterima oleh komunikan. Sebaliknya pesan ini dirumuskan seimbang, yaitu dengan tidak ngesampingkan kelemahan yang ada, disamping menonjolkan keberhasilkan yang telah dicapai.
6. Penyesuaian dengan keinginan komunikasi
Orang-orang yang menjadi sasaran atau komunikasi dari komunikasi yang kita lancarkan selalu mempunyai keinginan atau kepentingan tertentu. Dalam hal ini komunikator dapat menyesuaikan dengan keadaan waktu dan tempat.
Hambatan terhadap pesan acapkali kita alami dalam komunikasi, lain yang dituju tapi lain diperoleh. Dengan perkataan lain apa yang diharapakan tidak sesuai dengan kenyataan. Hal ini disebabkan adanya hambatan-hambatan terutama adalah :
1. Hambatan bahasa (language factor)
Pesan akan disalah artikan sehingga tidak mencapai apa yang diinginkan apabila bahasa yang digunakan tidak dipahami oleh komunikan. Termasuk dalam pengertian ini penggunaan istilah-istilah yang mungkin dapat diartikan berbeda atau tidak mengerti sama sekali. Demikian juga jika kita menggunakan istilah-istilah yang ilmiah tapi belum merata atau baku, seperti : dampak , kendala, canggih, rekayasa dan sebagainya, namun dalam komunikasi hal-hal seperti ini sering dilontarkan dengan tujuan lain atau sekedar penonjolan diri dan pengalihan perhatian.
2. Hambatan teknis (noise factor)
Pesan dapat tidak utuh diterima komunikan karena gangguan teknis. Misalnya suara tidak sampai karena pengeras suara rusak, bunyi-bunyian, halilintar, lingkungan yang gaduh dan lain-lain. Gangguan teknis ini lebih sering dijumpai pada komunikasi yang menggunakan medium misalnya dalam rapat umum, dan sebagainya.
D. Channel/Saluran
Chanel adalah saluran penyampaian pesan, biasa juga disebut dengan media. Media komunikasi dapat dikategorikan dalam dua bagian, yaitu media umum dan media massa. Media umum adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, contohnya radio dan sabagianya. Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi massa. Disebut demikian karena sifatnya yang massal, misalnya televisi dan sebagainya.
Komunikasi dapat kita golongkan dalam tiga jenis, yaitu personal, kelompok, dan massa. Dari segi sasarannya maka komunikasi ditujukan atau diarahkan kedalam komunikasi personal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa.
1. Komunikasi personal
Lomunikasi yang ditujukan kepada sasaran yang tunggal. Bentuknya bisa tukar pikiran dan sebagainya. Komunikasi personal efektivitas paling tinggi karena komunikasi timbal balik dan terkonsentrasi.
2. Komunikasi kelompok
Komunikasi yang ditujukan kepada kelompok tertentu. Kelompok tertentu satu adalah suatu kumpulan manusia yang mempunyai hubungan sosial yang nyata dan memperlihatkan struktur yang nyata pula. Bentuk-bentuk komunikasi kelompok lebih efektif dalam pembentukan sikap personal daripada komunikasi massa namun kurang efisien, sebaliknya kurang efektif dibanding dengan personal tapi lebih efisien.
Lomunikasi yang ditujukan kepada sasaran yang tunggal. Bentuknya bisa tukar pikiran dan sebagainya. Komunikasi personal efektivitas paling tinggi karena komunikasi timbal balik dan terkonsentrasi.
2. Komunikasi kelompok
Komunikasi yang ditujukan kepada kelompok tertentu. Kelompok tertentu satu adalah suatu kumpulan manusia yang mempunyai hubungan sosial yang nyata dan memperlihatkan struktur yang nyata pula. Bentuk-bentuk komunikasi kelompok lebih efektif dalam pembentukan sikap personal daripada komunikasi massa namun kurang efisien, sebaliknya kurang efektif dibanding dengan personal tapi lebih efisien.
3. Komunikasi massa
Komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media massa. Massa adalah kumpulan orang-orang yang hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu. Komunikasi massa sangat efisien karena dapat menjangkau daerah yang luas dan audience yang praktis tak terbatas, namun komunikasi massa tidak kemudian dapat langsung diterima oleh massa opinion leader ialah yang kemudian menterjemahkan apa yang disampaikan dalam komunikasi massa itu kepada komunikan.
Pada dasarnya komunikasi dicirikan oleh sejumlah atribut tertentu. Pemahaman atas atribut-atribut itu besar artiya bagi peningkatan pengertian kita mengenai komunikasi dan prosesnya. Atribut-atributdan efektivitas komunikasi itu antara lain :
1. Terjadinya komunikasi tidak dapat dihindari
Hampir tidak ada atau hanya sedikit saja orang yang menghindarkan diri dari aktivitas bermasyarakat. Orang selalu berusaha mencari interaksi sosial. Apabila saat interaksi terjadi, komunikasi tidak dapat dihindari akan menimbulkan kontak sosial, jika terjadi kontak sosial tidak ada akan hubugannya dengan perilaku. Semua perilaku memiliki potensi sebagai pesan, yaitu bahwa perilaku memiliki potensi yang dapat melekatkan arti kepada persepsi orang lain. Jika perilaku dapat berkomunikasi dan oarang tidak dapat menghindar untuk tidak berperilaku maka orangpun mungkin tidak berkomunikasi. Sudah barang tentu tidak semua perilaku benar-benar melakukan dengan sengaja. Hal ini dapat terjadi jika pengirim atau sumber tidak semua perilaku benar-benar komunikatif, dimana orang-orang harus benar-benar melakukan dengan sengaja. Hal ini dapat terjadi jika pengirim atau sumber tidak dapat mengontrol perilaku dengan man penerima akan mengkaitkan arti tertentu. Begitu pula halnya ada bentuk komunikasi yang tidak konstruktif. Berhubungan setiap perilaku memiliki sesuatu, ,maka penetuan apakah perilaku atau komunikatif atau tidak semata-mata tergantung kepada penerimanya.
2. Komunikasi merupakan konsep transaksional
Konsep komunikasi sebagai proses merujuk pada interaksi tak terputus dari sejumlah variabel yang tidak terhitung banyaknya dengan perubahan terus-menerus dalam nilai-nilai yang diambil dari variabel-variabel itu.
Jika seseorang berusaha menguji salah satu unsur komunikasi (pesan) maka pengisolasian itu akan merusak hakikat keberlangsungan proses dan batas-batas informasi yang tersedia mengenai unsur itu (pesan) karena keluar dari hakekatnya (mengubah lingkungan). Komunikasi didirikan oleh interaksi oleh interaksi aktif terus-menerus.
3. Komunikasi tekah terjadi apabila penerima pesan atau informasi telah terpengaruh
Komunikasi telah terjadi apabila penerima pesan atau informasi terpengaruh olehnya, si penerima mengaitkan arti tertentu kepada perilaku. Komunikasi telah terjadi apakah seseorang bermaksud berkomunikasi atau tidak, jika penerima pesan mengaitka arti perilaku ke dalam persepsinya. Penerima tidak hanya bereaksi terhadap perilaku dalam wilayah persepsinya, ia juga menggerakkan pribadinya secara meyeluruh dalam interpretasi. Dalam melakukan itu arti tersenut mengaitkan pada sebuah persepsi.
4. Komunikasi tidak dapat berdiri sendiri di luar konteks
Komunikasi tidak dapat berdiri diluar konteks. Apabaila dikaitkan dengan persuasi, kita dapt menyatakan bahwa faktor-faktor konteks dan bukan pesan seringkali menjadi determinan bagi adanya tanggapan. Persoalan apa yang terjadi jika konteks mempengaruhi komunikasi. Konteks tidak hanya mengubah proses komunikasi tetapi juga seringkali dapt bercerita banyak mengenai perilaku yang diamati.
F. Efek
Efek adalah hasil akhir suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan kita inginkan. Apabila sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai maka itu berarti komumikasi berhasil, demikian pula sbalikanya. Efek ini sesungguhnyadapat dilihat dari personal opinion, publik opinion, dan majority opinion.
1. Personal opinion
Personal adalah sikap dan pendapat seseoramg terhadap sesuatu maslah tertentu.
2. Public opinion
Public opinion adalah penilaian sosial mengenai sesuatu hal yang pentingdan berarti atas dasarperukaran pikiran yang dilakukan individu secara sadar dan rasional.
3. Majority opinion
Pendapat sebagian tersebar dari public atau masyarakat. Jika kita berbicara tentang opinion atau pendapat maka kita sering mendengarkan opinion leader. Opinion leader ialah orang yang secara informaol membimbing dan mengrahkan suatu opini tertentu kepada masyarakat. Opimi leader adalah merupakan tempat bertaya.
G. Faktor-Faktor Yang Diperhatikan Dalam Proses
1. Empat tahap proses komunikasi
Menurut Culip dan Center komunikasi yang efektif harus dilaksanakan dengan melalui empat tahapa, yaitu : Pengumpulan Fakta (fact finding), Perencanaan, Komunikasi, dan Evaluasi
a. Pengumpulan Fakta
Mengumpulkan data dan fakta sebelum seseorang melakukan kegiatan komunikasi.
b. Perencanaan
Berdasarkan fakta dan data itu dibuatkan rencana tentang apa yang akan dikemukan dan bangaimana ngemukakannya.
c. Komunikasi
Setelah planning disusun maka tahap selanjutnya adalah communication atau berkomunikasi.
d. Evaluasi
Penilaian dan analisi diperlukan untuk setiap kali bangaimana hasil komunikasi tersebut. Ini kemudian menjadi bahan bagi perencaan selanjutnya untuk melakukan komunikasi berikutnya.
2. Produser
Wilbur Schraam mengatakan : untuk mendapatkan effect baik dari komunikasi maka produser yang ditempuh adalah apa yang ditempuh adalah apa yang disebut sebagai “A-A Procedure” yaitu proses dari Attention (perhatian) ke Action (tindakan).
Lebih jelasnya proses dapat dilihat sebagai berikut :
·
Attention (perhatian)
·
Insterest (kepentingan)
·
Desire (keinginan)
·
Decision (keputusan)
·
Action (tindakan)
Dalam praktek, jika kita berbicara di depan umum, pertama harus dibangkitkan dulu perhatian dari massa dengan berbagai cra untuk menarik perhatian. Kemudian timnbulkan kepentingan apa yang disampaikan cocok.
Sumber Referensi :
bab4-unsur_unsur_komunikasi.pdf
Sumber Referensi :
bab4-unsur_unsur_komunikasi.pdf
0 komentar:
Posting Komentar